BEDA TENUN IKAT, SONGKET, JUMPUTAN DAN BATIK
Kain Nusantara berupa kain-kain dengan teknik tradisional, makin digemari insan fashion Indonesia maupun dunia.
Kain-kain ini memiliki aneka kontruksi atau cara dalam pembuatannya (dari benang). Juga keunikan motif, yang dihasilkan dengan keahlian turun-temurun dari nenek moyang.
Konsep pembuatan motif dilakukan dengan cara menutup bagian per-bagian kain, disesuaikan dengan warna yang akan diberikan dalam proses pencelupan. Pada beberapa motif rumit, tekniknya memerlukan skill tertentu yang tidak mudah.
Di samping itu, kain-kain Nusantara juga memiliki nilai historis dan filosofis yang melatari, sehingga membuatnya berharga dan memiliki tempat istimewa di dunia fashion.
Ingin kenal lebih jauh dengan kain-kain ini, yuk simak ulasannya!
Tenun Ikat
Pembuatan motif pada kain ini dilakukan dengan cara memilah benang membujur sepanjang kain yang akan ditenun. Lalu mengikatnya sebesar kira-kira satu jari menggunakan tali rafia.
Pengikatan ini dimaksudkan untuk menutup bagian yang tidak diberi warna pada proses pencelupan. Selanjutnya hal ini dilakukan secara berulang pada bagian lain setiap berganti warna celupan.
Setelah proses ini selesai, kain dijemur hingga kering. Baru kemudian kain ditenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Mau tahu, berapa lama proses pembuatan kain ini? Untuk kain sepanjang 2 meter, memerlukan waktu 2 minggu hingga 1 bulan pembuatan. Nggak salah ya, kalau kualitas menuntut harga😊
Songket
Pembuatannya mirip dengan tenun ikat, tetapi proses tenunnya sedikit lebih rumit karena ada tambahan benang.
Zaman dulu, benang yang ditambahkan terbuat dari emas, untuk menghasilkan motif-motif geometrik tertentu. Namun sekarang, umumnya benang yang dipakai benang metalik.
Pembuatan sehelai kain songket menghabiskan waktu minimal 2 bulan. Semakin rumit tenunannya, semakin lama pula waktu yang dipakai.
Jumputan
Daerah di Indonesia yang terkenal dengan karya kain jumputan adalah Palembang dan Banjarmasin (kain sasirangan).
Cara pembuatan motifnya lebih simple yaitu kain katun atau rayon atau sutera yang telah diberi gambar, dijumput motifnya lalu diiikat menggunakan tali rafia.
Konsepnya sama dengan tenun ikat, yaitu agar tidak terkena warna pada proses pencelupan.
Meskipun memiliki kesamaan dalam proses pembuatan, terdapat perbedaan dalam pemilihan warna dan motif dalam jumputan Palembang dan sasirangan.
Sasirangan memiliki motif lebih besar dan umumnya membentuk zig-zag dengan kombinasi warna yang lebih berani (kontras) dibandingkan jumputan Palembang.
Batik
Hampir sama dengan jumputan, pembuatan motif dilakukan setelah menjadi kain. Bukan dengan diikat dan ditutup tali rafia, melainkan dengan menggunakan bantuan malam.
Motif yang tidak ingin diberi warna pada proses pencelupan, ditutup menggunakan lilin. Tekniknya manual dengan memakai canting (batik tulis), atau dengan bantuan cetakan bermotif (batik cetak), atau kombinasi keduanya.
Setelah proses membatik selesai, lillin diluruhkan dengan cara dicelup dan dibersihkan menggunakan air panas.
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.