Mengenal Teknik Motif Tradisional (Batik)
Buat Fams penggemar batik, pasti sepakat kalau batik merupakan heritage kebanggaan Indonesia. Sebagai heritage yang diakui UNESCO, batik sering dijadikan inspirasi oleh desainer-desainer lokal maupun internasional.
Dalam perjalanannya di dunia fashion, penyebutan “batik” acap mengalami kekeliruan. Batik yang diungkap, dimaksudkan untuk menamakan jenis motif, bukan untuk menggambarkan proses dalam menerapkan motif tersebut pada selembar kain.
Padahal motif batik kini tidak lagi melulu dihasilkan dengan cara manual tapi juga di-print menggunakan mesin. Seperti yang dipakai brand internasional semisal Uniqlo dan Dries Van Noten dari Belgia.
Hal ini dikarenakan batik tradisional biasanya hanya dibuat pada kain sutera, katun atau rayon. Nah proses ini kurang sempurna jika menggunakan bahan-bahan sintetis. Sementara bahan sintetis umumnya lebih murah dari bahan alam, maka proses pembuatan motif pun dilakukan dengan teknik printing modern.
Kembali lagi, istilah “batik” sendiri sebenarnya merujuk pada teknik membuat motif tradisional yang dikerjakan secara handmade. Prosesnya membutuhkan lilin atau malam guna menutupi motif yang sudah dilukis di atas kain.
Dilanjutkan dengan pewarnaan yang memakai teknik celup atau pembubuhan menggunakan alat mirip spons (istilahnya ditotol). Motif yang tidak ingin terkena warna celupan harus ditutup dengan malam. Begitu seterusnya, proses ini diulang sampai semua motif berwarna sesuai dengan yang diinginkan.
Prosesnya agak rumit dan butuh pengulangan sesuai dengan jumlah warna. Setelah pewarnaan selesai, kain dijemur agar malam mengering. Tahap berikutnya adalah proses meluruhkan malam, dengan mencelupkan kain di dalam air panas.
Jadi penyebutan "batik" itu semestinya diartikan sebagai proses pembuatan motif dengan malam dan celupan, bukan untuk menamakan motifnya. Karena motifnya sendiri, sangat variatif tergantung pada falsafah, acara, ataupun kelas masyarakat yang akan memakainya, meski sekarang, kelas ini tidak diikuti lagi.
Motif batik daerah pesisir misalnya, cenderung berwarna cerah dengan pilihan motif alam sekitar, seperti hewan, bunga dan tumbuhan lainnya. Sementara motif batik daerah tengah biasanya merupakan simbol-simbol seperti parang, kawung, dan lain sebagainya dalam kehangatan warna tanah kecokelatan (sogan).
Leave a comment
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.