Pleats dalam Sejarah Fashion
Sudah tak asing lagi dengan istilah "pleats" kan Fams. Itu loh, detail lipit yang dibuat untuk efek lebih dramatis pada bahan atau busana, dan membuat penampilan jadi berkesan anggun.
Nah, asal tahu ya Fams, pleats ini punya sejarah yang amat panjang, lebih dari berabad-abad lalu. Tepatnya abad ke-10, saat ditemukan detail pleats paling tua di pakaian bangsa Viking. Di masa itu pleats dibuat dengan cara melipat kain dalam keadaan basah dan diberi tekanan hingga kering. Di era modern, metode ini sering disebut sebagai pleat "plisse".
Beberapa ratus abad kemudian, tepatnya di abad ke-14, diciptakan lah pleats "organ" yang diaplikasikan pada sebuah gaun di Perancis. Tekstur pleats organ mirip pipa alat musik organ di zaman itu. Namun lipatannya lebih lembut-membulat dan lipitnya berjajar rapi.
Di abad ke-17, terjadi perkembangan dari sisi pemakaian detail pleats. Kalau sebelumnya, pleats hanya populer dipakai dalam busana wanita, di abad ini, pleats mulai diaplikasikan pada busana pria.
Seabad kemudian, dikenal metode membuat pleats dengan menggunakan salah satu teknik sulam/border. Yaitu kain dilipit-lipit dan dijahit menyatu dengan memakai teknik sulam/bordir di beberapa titik tertentu hingga membentuk lipit-lipit menyerupai sarang lebah. Begitu selesai, jahitannya dibuka. Teknik ini dikenal juga dengan istilah "smocking", biasa dipakai ketika ingin menciptakan busana yang “stretchy” di masa itu.
Sampai saat ini, kreasi pleats terus berkembang, dengan teknik dasar yang tidak banyak berubah. Hanya saja tekstur yang dihasilkan, lebih variatif, bahkan bisa dibentuk menyerupai motif tertentu, misalkan lekuk-lekuk dedaunan.
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.